Selasa, 18 Januari 2011

Hanya Sebuah Ramalan

Lelaki yang duduk di depanku aku taksir berumur 29 tahun, berambut lurus, kulitnya putih , dan postur nya tidak terlalu tinggi, dengan tahi lalat di ujung bibirnya. Dia menatapaku seraya membolak balikkan kartu remi yang aku tak tahu maksud tujuannya. Aku tersenyum menyeringai seraya terus memperhatikan permainannya. Itu bukan permainan poker atau chapsa yang biasa aku mainkan bersama teman2 kantorku. Juga bukan permainan 41 yang sering aku mainkan di waktu kecil. Dia terus mengocok kartu yang dia pegang sembari menaruh beberapa buah kartu dengan posisi terbuka. Dia terus menggumam lirih dengan bahasa2 yang tidak aku kenal. Badanku bergetar di setiap dia membuka kartu remi serta semakin mengigil tak karuan. Aku coba bertahan dan tak beranjak sedikitpun dari tempat itu akibat rasa penasaranku yang terus berkecamuk.
Hampir dua jam aku tak beringsut dari tempatku, dan lelaki muda itu terus mempermainkan kartunya.Sekarang semua kartu telah tertata rapi di depanku. Tertata empat2 sehingga terdapat 13 baris kartu yang terbuka. Gumaman lelaki itu semakin keras dan terdengar jelas dia menyebutkan namaku dan tanggal lahirku. Aku hanya bisa terdiam dan berusaha menajamkan indera pendengarku agar semakin banyak informasi yang bisa aku dengar dari gumamannya. Selang beberapa menit dia diam sejenak. Menutup matanya, kemudian membuka dan memandang tajam ke arahku. Aku kaget, tatapannya sungguh tajam. Aku beringsut mundur beberapa senti seakan tak kuasa menahan tatapan tajamnya. Bola matanya lambat laun berubah merah sedangkan putih matanya berubah menjadi warna jingga cerah. Aku tertegun berusaha teriak namun tak mampu.
Aku terus menunggu apa yang akan dia perbuat padaku, badanku semakin mengigil dan kepalaku pening,. Tak berapa lama dia mulai berbicara. Dengan suara yang agak tersedak namun dalam, dia mulai berbicara. Dengan tak beralih dari kartu dia terus mengoceh. Seakan2 sebuah rekaman atas perjalanan hidupku dia terus bercerita. Semua yang dituturkannya merupakan kejadian2 yang pernah menimpaku. Dia menyebut nama Almarhum Ayahku, nama ibuku, jumlah saudaraku, berapa kali aku pacaran hingga hal2 lain yang menurutku hanya Aku yang mengetahui kejadian tersebut. Aku semakin bingung, sedangkan dia tetap menatap kartu dengan terus mengoceh menceritakan detail kejadian yang seakan terpampang di kartu remi itu. Aku menutup kedua telingaku dengan kedua tanganku agar tak mendengar apa yang dia katakan,. Namun suara itu seakan tetap menembus dinding telingaku. Aku mencoba berdiri, namun tak bisa.
Antara rasa kagum, takut, panik, dan resah menyelimuti diriku setiap dia berbicara detail kehidupan yang pernah aku jalani. Pada suatu jeda, dia menatapku tajam, kemudian melanjutkan dongeng iblisnya. Aku semakin panik ketika dia mengatakan melihat masa depanku yang cerah namun banyak rintangan. Dia mengatakan dalam waktu dekat aku akan pindah dari kantorku yang sekarang. Dia juga menebak ttg isi hatiku yang menaruh hati pada Gadis manis berjilbab yang aku temui dalam perjalanan pulangku.  Menebak kapan aku menikah, mempunyai putera dan kapan aku menjadi kepala kantor. Dia terus bercerita mengenai masa depanku. Aku semakin panik, dan dengan sekuat tenaga aku berusah teriak. Teriak sekencang2nya. Aku benar2 takut, apalagi tatapan matanya semakin tajam dan menyeramkan. Dengan tetap bersila badannya mulai melayang. berputar mengelilingi aku dengan tetap bercerita ttg masa depanku. Aku teriak meskipun tak terdengar sedikitpun suaraku. Suaranya semakin nyaring dan membuat telingaku sakit tak terperi. Mataku berkunang2 dan ambruk tak sadarkan diri. Aku terbangun dengan bersimbah peluh. Aku tatap sekelilingku, sepi tak ada apapun, namun lantai bekas dia duduk terasa panas dan tak biasa.




----Rimbun Bambu, 15 Januari 2011----




Rabu, 12 Januari 2011

Catatan di Akhir Minggu Pertama Tahun Yang Baru *Bagian II*

Akhirnya aku sadar satu hal, ternyata kemampuan menulisku sudah jauh tergerus Terbukti dengan dibutuhkannya waktu hampir 2 hari untuk melanjutkan tulisan di Blog. Benar2 menyedihkan. Okeylah boi, aku lanjutkan saja ceritaku.
> Kamis : Musik, makanan melimpah, canda tawa, serta ditutup dengan haru membiru merupakan gambaran dari kamisku kali ini. Hari ini merupakan hari perpisahan atau aku lbh suka menyebutnya hari dimana kami harus merelakan pimpinanku melangkah lebih tinggi. Menyesakkan memang, mengingat di negeri ini cukup susah mencari pimpinan sebaik pimpinanku. Seorang pimpinan bijak yang bukan hanya tahu bagaimana memerintah namun pandai juga memberi contoh, santun serta tak banyak menuntut. Tipikal pemimpin yang mengajak dan bukannya mengejek. Berpikir sebelum berujar dan  menekankan tentang pentingnya team work dan kejujuran. Tumpukan berkas hanya sedikit yang ku sentuh. Suasana haru benar2 membuat malas untuk melakukan apapun.
>Jum'at :Semangatku kembali membara, banyak berkas yang aku selesaikan hari ini. Kepala Seksiku hari ini benar2 sibuk memotivasi aku untuk segera menyelesaikan tugas2ku agar tak perlu mengirim berkas2ku ke tempat kepala kantorku pindah untuk meminta tanda tangan beliau. Dan hari ini, jam kerjaku bukan lagi 7 jam sebagaimana biasanya melainkan hampir 12 jam. 
>Sabtu : Sejenak melupakan tuntutan pekerjaan dan beralih menyalurkan hobi bersepedaku. Hampir 65 Km jalur tanjakan, turunan, bebatuan, kubangan, dan areal2 ekstrim aku taklukan. Hasilnya, capek tapi puas. (semoga di lain waktu kecerianku bersepeda bisa aku ceritakan juga).
>Minggu: Kembali terdampar di rerimbunan berkas. Hingga pukul 23.00 WIB menjelang, ketika rasa kantuk sudah mulai menyerang, aku akhiri lemburku dan mulai mamaksakan menulis di blog ini..

Senin, 10 Januari 2011

Catatan di Akhir Minggu Pertama Tahun Yang Baru

Sedikit aneh rasanya, malam telah larut dan hendak menapaki minggu ke dua di Tahun Baru, aku masih setia duduk di meja kerjaku. Padahal biasanya, pada waktu seperti sekarang, aku sudah asyik tidur atau terkadang melamun dalam travel yang membawaku dari kota Surabaya (Kota yang selalu aku tuju di hampir setiap weekendku). Entah sudah berapa liter air aku konsumsi untuk mengimbangi kepenatan tulang belakangku akibat terlalu lamanya aku duduk. Tapi yang jelas, beban pekerjaanku hampir 70 % selesai. Sebuah pengorbanan weekend yang tidak sia2 tentunya.
Sebenarnya, semua ini harus aku tempuh karena kejadian2 yang serba mendadak yang terjadi dalam minggu ini.
> Hari Senin : Bangun pagi dengan mata yang masih sangat mengantuk, setengah mengutuk sopir travel yang tlah menjemput pukul 23.00 padahal seharusnya dijemput pukul 21.00 sehingga berdampak sistemik pada jam tidurku yang hanya 3 jam. Tiba di kantor baru sadar kalau pimpinan yang lama harus segera meninggalkan kantor karena di Mutasi ke tempat yang lebih baik karena prestasi beliau yang mengagumkan. Sedih,  bukan hanya karena harus berpisah dengan orang yang patut diteladani tapi karena tiba2 ingat bahwa sebagaimana keterlambatan penjemputan travel, kepindahan bos ku ini jelas akan berdampak sistemik juga dengan semua pekerjaanku. Itu berarti semua pekerjaanku harus secepatnya aku kerjakan karena semuanya harus ditanda tangani pimpinanku. Makan pagi diselingi menganalisis berapa besar kecepatan yang harus aku lakukan demi terselesainya tugas2ku mengawali hari-hari super sibukku di Minggu pertama di Tahun yang baru.
> Hari Selasa  : Semangat 45 benar2 aku kobarkan. Bangun lebih pagi dari biasanya dan tiba di kantor pukul 06.45 WIB, itu berarti lebih awal 45 menit dari jam kerjaku biasanya. Dengan semangat serta diiringi suara semarak si Rihanna dan saudara sedikit kembarku si eminem aku mulai pertempuranku. Tapi, berselang 10 menit. Byarr... Kompiku yang sedari tadi bergemuruh dengan tampilan itung2an di excel tiba2 berubah menjadi tontonan Blue Film dalam arti yang sebenarnya. Setengah mengutuk dan kemudian berdo'a semoga kompiku sehat wal afiat aku coba untuk kerestartnya secara paksa. Dan Alhamdulillah, komputerku positif terserang virus dan lebih beruntungnya sistem operasinya juga terserang. Tercengang, kaget, tak percaya, setengah mau menangis, pusing, tak tahu harus bagaimana, mules, pengen boker, pengen banting komputer, pengen teriak, semuanya menyatu. Namun tiba2, seakan2 ada bidadari yang menepuk punggungku, aku sedikit tersedak, suara lembut tersebut tiba2 berbisik, sabar boi, sabar. Karena terpana dengan suara merdunya emosiku pun luruh. Sedikit berpikir untuk melakukan plan B. Dengan mengandalkan kemampuan komunikasiku yang cukup hebat disertai dengan pujian2 setinggi langit pada teman kantorku, teman kantorku pun bersedia memperbaikinya.
Satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam, empat jam lebih 30 menit, 5 jam lebih 25 menit, tujuh jam, dan akhirnya teeeeettttttttttt, pukul lima sore, teman2 kantorku sudah bersiap pulang sedangkan aku tetap memandang lirih pada komputer kantorku. Masih 80% dari total 200% yang berhasil diperbaiki. Sungguh hari yang mengenaskan dan melelahkan. Jam 8 malam batas waktu komputer boleh menyala di kantorku tinggal beberapa detik lagi, namun komputerku masih jauh dari apa yang disebut sembuh. Melampiaskan kemarahan dengan bermain Futsal ternyata menjadi solusi yang cukup bijaksana.
> Hari Rabu  : Jam kerjaku akhirnya resmi dimulai pukul 14.00 seiring dengan kembali beroperasinnya komputerku. Harus banyak2 berterimakasih pada teman kantorku yang telah setia merawat dan menyembuhkan komputerku. Okey sekarang waktunya bekerja. Tapi.......... Huahahahahahha. penderitaanku tak berhenti samapai di sini, ternyata program smart map dan map info yang menjadi roh dari pekerjaanku ilang begitupun dengan program oraclenya,. Sekali lagi bidadari manis itu menepuk pundakku sambil sesekali memberi kecupan manis di kepalaku seraya berkata, sabar boi, sabar. Jadilah hari ini progres kerjaku bernilai satu. Hasil dari membuat paraf pada surat masuk..

------ Bersambung------


Sabtu, 01 Januari 2011

Hari Lama Di Tahun Yang Baru

Tak ada yang baru tentang hari. Yang baru hanyalah tahun. Maka Saya Pun hanya bisa mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2011. Semoga keberkahan senantiasa mengiringi langkah kita.