Rabu, 05 Oktober 2011

Kesaktian Pancasila dan masa SD ku.

Bendera merah putih berkibar setengah tiang pagi ini di seluruh Indonesia. Tak ada yang aneh dengan pemandangan ini, karena memang setiap tanggal 30 September, demi menghormati jasa2 para pahlawan Revolusi yang telah gugur demi membela kehormatan bangsa ini, seluruh instansi pemerintah dan sebagian besar rumah-rumah penduduk di seantero negeri ini, mengibarkan bendera setengah tiang tanda berkabung. Masih teringat jelas bagaimana dimasa SD ku dulu, tautan indah puisiku beradu indah dengan  puisi teman-teman sekolahku. Pun demikian dengan karangan indah hasil resume film G-30S/PKI yang biasa diputar setiap malam tanggal 1 Oktober menjadi menu wajib yang harus aku dan teman2ku kumpulkan demi mendapatkan nilai bagus dalam pelajaran IPS. Dan inilah salah satu coretan kecilku pada masa SD ku dulu demi mengenang kehebatan para jenderal kami dan mengingat kebiadapan para pemberontak negara ini. 


*G-30 S/PKI

Senja Kelabu Di malam Bulan Oktober
Kala itu..
Penduduk Jakarta sedang terlena dalam tidur
Dan terbuai dalam mimpi.
Segerombolan penculik telah datang.
Dengan segudang setan di benaknya..

PKI.....
Tujuh jenderal engkau bunuh dengan biadab
Tak mengenal Perikemanusiaan
Jeritan tangis tak kau hiraukan.
Demi khayal tinggimu yang penuh dosa.

Ya Tuhan Kami..
Laindungilah bangsa ini dari Kekejaman dan ideloginya.

PKI..
Enyahlah dari bumi Indonesia...

Sabtu, 24 September 2011

Sensus Pajak Nasional 2011

-Hotel Surya Tretes, Pasuruan.

Senin, 19 September 2011
Mata masih mengantuk akibat baru nyampek hotel pukul 01.00 dini hari tak membuat semangatku untuk mengikuti pelatihan dan bimbingan tekhnis untuk pelaksanaan sensus pajak 2011 surut. Di Hall Semeru tempat pembukaan acara pelatihan telah dipenuhi dengan peserta dari berbagai kantor, aku membaur di antara mereka, sembari bersalaman dengan peserta bimteks lainnya, aku mengenalkan diriku. Acara pembukaan ini berlangsung santai dan penuh semangat. Tak lebih dari 10 menit, acara pembukaan berlangsung, dan kami dibagi menjadi 3 kelas pelatihan dengan masing2 kelas berisi 5 kantor/kelompok.
Acara di kelas dimulai dengan perkenalan mentor dan perkenalan kami sebagai peserta, dilanjutkan dengan menentukan nama kelompok, ketua kelompok, yel-yel, dan identitas2 unik lainnya ttg kelompok kami. Kami dari KPP Pratama Blitar, memberikan nama Patria pada kelompok kami sesuai dengan ciri khas kota Blitar. Patria sendiri berarti pejuang tanah air. Bimbingan ini benar2 berjalan seru dan tidak monoton berjalan satu arah, kami peserta dilibatkan untuk menyampaikan ide2 segar, sanggahan, kritikan, ataupun uneg mengenai sensus perpajakan ini. Setiap peserta yang aktif akan mendapatkan poin untuk kelompoknya, pengurangan poin juga diberikan bagi kelompok yang anggotanya melanggar peraturan yg tlah ditetapkan seperti, terlambat masuk kelas, kedapatan telpon atau sms di dlm kelas, dan banyak lagi yang lainnya.
Pembelajaran hari pertama ini membahas mengenai latar belakang digelarnya sensus, pengertian sensus itu sendiri, tujuannya, kapan pelaksanaan, dan hal2 lain yang berkaitan dengan pelaksanaan sensus. Pelatihan ini pun terkesan atraktif karena pemberian penjelasan selain menggunakan modul dan slide, juga dikembangkan dengan game2 seru dan pertanyaan2 yang memancing untuk aktif dalam pembelajaran. Pelatihan hari pertama berlangsung dari pukul 08.00-17.00 dengan ada sela coffee break selama 20 menit pada pukul 10.00 dan Ishoma pada pukul 12.00 serta coffee break dan sholat ashar pada pukul 15.30.
Pembelajaran yang dapat diambil dari pelatihan hari pertama adalah Apapun rintangan dan hambatan yang menghadang, Sensus Pajak Nasional 2011 harus terus berjalan dan sukses demi pelayanan yang lebih baik terhadap Wajib Pajak dan target penerimaan negara dari sektor pajak, yang pada tahun 2012 ditargetkan sebesar, 1.080 trilyun rupiah. Suatu angka yang fantastik dan wajib dipenuhi agar program2 pemerintah terutama untuk kesejahteraan rakyat dapat terlaksana.
Sesampainya di kamar hotel, setelah membereskan perlengkapan pelatihan, tak lupa mengabadikan gambar sekeliling hotel yang memang cukup bagus pemandangannya. Dan sangat rugi untuk dilewatkan begitu saja.
Berpose dengan background Gunung Arjuna

Helipad (Sisi Lain dari hotel Surya)
Selasa, 20 September 2011
Pagi yang cerah namun udara dingin tetap merambat ke seluruh tubuh sehingga membuatku dan teman sekamarku malas untuk beranjak bangun. Setelah sholat shubuh, aku tarik kembali selimut tebalku seraya melihat televisi untuk menghilangkan rasa kantukku. Teman sekamarku, yang mempunyai hobby fotografi, iseng mengabadikan keindahan alam dari balkon kamar kami. Karena memang aku dan temanku termasuk tipikal orang yang cukup aktif berfoto ria, maka kelakuan temanku tersebut membuatku gelisah untuk tidak bergabung berfoto ria.
Menikmati Sunrise Dari Balkon Kamr Hotel (Pict teman kamarku)
Bergaya sebelum mandi (Kamar 312)
Materi untuk hari selasa, meliputi pelatihan comunication skill. Setiap peserta, diberikan materi dan teori mengenai bagaimana berkomunikasi yang baik, peningkatan penampilan, dan bagaimana mengetahui karakteristik lawan bicara beserta solusi ketika menemui lawan bicara yang tidak sejalan dengan visi dan misi kita sebagai komunikan. Selain teori, di akhir sesi juga dilakukan praktek dengan ditunjuk perwakilan masing2 kelompok untuk mencoba melakukan sensus pajak nasional dengan berbagai tipe wajib pajak yang ditemui. Tawa membahana ketika ada beberapa peserta yang sengaja memasukkan candaan2 dan tekhnik mengeles yang handal ketika menghadapi seorang Wajib Pajak yang kurang merespon program SPN ini.
Acara selama dua hari ini ditutup langsung oleh Bapak Kakanwil Jatim III, dengan terlebih dahulu memberikan semacam motivasi dan percobaan langsung pada peserta untuk mencoba kemampuan komunikasinya di depan Bapak Kakanwil.
Pembelajaran yang bisa diambil pada hari ini adalah, bahwa sebagai seorang petugas, kita harus mampu mengatasi hambatan2 yang ada di lapangan dengan berpegang teguh pada SOP dan panduan2 tekhnis yang ada. Jangan pernah katakan MENYERAH UNTUK MELAKUKAN SENSUS PAJAK NASIONAL...!!

Rabu, 21 September 2011
Secara jadwal dari kantor pusat pelatihan dan bimbingan tekhnis Sensus Pajak Nasional telah berakhir kemarin, namun Kantor Wilayah DJP Jawa Timur III, menambah kegiatan untuk lebih memantapkan hasil training dengan terjun langsung dilapangan. Masing2 kantor diberikan tugas untuk melaksanakan sensus pajak pada wilayah yang sudah ditentukan. Sebelum berangkat ke lokasi, kami terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan umum mengenai wilayah yang akan kami datangi dan daftar OP yang akan kami lakukan sensus. Untuk kegiatan simulasi ini dipilihlah Pertokoan dan Perkantoran Taman Dayu, Pasuruan. Sebagai sebuah tim, kami  bahu membahu menyiapkan semua perlengkapan untuk kelancaran sensus kami, semisal peta blok, pembagian claster, data wajib pajak, surat tugas, dan ATK. Semuanya kami persiapkan seakan-akan kami melakukan sensus yang sebenarnya.
 
Tetap Bergaya ditengah pembekalan untuk simulasi Sensus Pajak
Setelah semua pembekalan selesai,sebagian dari kami langsung meluncur ke Taman Dayu untuk melakukan sensus pajak. Sedangkan sebagian yang lain mengikuti materi di dalam kelas. Acara baru selesai pukul 11.00. Dengan menumpang mobil temanku, aku kembali ke Blitar, untuk menularkan apa yang aku dapat pada teman2ku di Kantor.


Rabu, 14 September 2011

Aku dan Komputerku

Tak ada yang bisa ku bagi. Hanya kesedihan dan sedikit kekesalan akibat untuk ketiga kalinya dalam 10 bulan terakhir ini komputerku mengajakku untuk bersabar. Komputerku bisa menyala namun terjadi permasalahan pada koneksi LANnya. Sedikit mengomel sebal, sambil berusaha mengeluarkan kemampuan maintenance komputer yang memang pas-pasan untuk mencoba mengatasi sakit pada komputerku. Tiga jam berlalu namun tak kunjung bisa aku atasi, omelanku semakin bertambah seiring waktu yang terus berjalan. Teman2 kantor yang melihat tingkah polaku hanya bisa tertawa sedih melihatku. Setelah seharian lewat dan menghasilkan komputerku yang tetap positif sakit, aku merenung. Ku coba mengingat kejadian2 di masa lampau mengenai komputer kerjaku ini. Dan hasilnya ku dapatkan suatu fakta, bahwa sejak perkenalanku dengan komputer kerjaku yang tlah memasuki usia setahun ini, ternyata setiap aku sakit, komputerku juga sakit.. Hadeehh, benar2 fakta yang tidak bisa dibanggakan. Sebagai pemberitahuan, hari senin kemarin, seharian aku hanya bisa tertidur lemas di kamarku akibat pusing dan mual yang menyerangku, dan ternyata komputer kantorku pun sakit mengikuti tuannya. Aku pun hanya bisa tertegun dan termangu, serta tidak bisa menyimpulkan apakah fakta ini hanya sebuah kebetulan atau memang ada sebuah ikatan batin yang kuat antara komputer kerjaku dengan diriku. Allahu'alam.. 

Rabu, 16 Februari 2011

Wihara Di Ujung Tanjakan.. (15 Feb 2011)

Suara ketokan keras di pintu kamarku, membuyarkan tidur pendekku malam ini. Ku tatap sayu jam di walpaper HPku yang ternyata telah menunjukkan pukul 05.50 pagi. Daviq, adik kelasku dulu waktu kuliah dan sekarang menjadi teman kerjakulah yang ternyata membangunkanku. Bukan tanpa alasan dia membangunkan diriku pagi ini. Acara rutin di setiap waktu libur di saat kami tak pulang kampung, yaitu bersepeda seakan menjadi acara wajib yang tak boleh terlewatkan. Dengan mata yang masih mengantuk karena tidurku yang hanya 5 jam, ku sahuti panggilannya dengan lirih sebagai penanda bahwa aku telah bangun. Dan setengah sadar aku katakan pada dia untuk menungguku di kantor.
Setelah mandi ala kadarnya dan memakai perlengkapan bersepeda aku segera menyusul ke kantor, tempat berkumpul kami. Entah apa yang terjadi, rombongan baru lengkap setelah jarum jam menunjukkan pukul 07.00, sungguh suatu kejadian langka. Rombongan yang berkumpul hanya terdiri dari 6 orang, yaitu Daviq, Yudha, Isman, (Mbak) Marleni, (mas)saiful, dan aku, arai. Karena Putri akan menunggu kami di Perempatan jalan yang menjadi rute kami, begitupun dengan mas Andi Pramono yang akan menunggu kami di jalan tak jauh dari rumahnya. Ku tatap wajah sahabat2ku yang memancarkan semangat yang menyala yang sungguh sangat kontras dengan kondisi Blitar pagi ini, yang dingin dan angin yang mengarak awan sehingga mendung bergelantung siap menurunkan isinya. 
Hari ini kami merencanakan bersepeda ke luar kota Blitar, tepatnya ke kecamatan Wlingi yang berjarak 30 km dari kota Blitar dan masuk dalam wilayah administratif kabupaten blitar. Tujuan kami adalah mengunjungi lokasi rafting untuk sekedar melihat suasana dan kederasan alirannya. Dimana lokasi rafting itu sendiri berjarak sekitar 20 km dari pusat kec wlingi dengan medan tanjakan. Putri akhirnya bergabung dengan kami setelah kami menungu beberapa saat di tempat yang telah ditentukan. Untuk menghemat tenaga, akhirnya kami sepakat dari Blitar ke stasiun wlingi menaiki Kereta Penataran pagi. Namun, dasar sedikit sial, ternyata sesampainya di stasiun Blitar, ternyata penumpang kereta sangat banyak dan itu berarti cukup riskan jika memaksakan naek kereta api. Setelah berpikir keras akhirnya kami memutuskan untuk mengggunakan bis. 
Perempatan Jalan Kenari akhirnya menjadi titik nol km perjalan kami sesungguhnya. Jam menunjukkan pukul 08.00 dan kami belum mendapatkan bus untuk kami tumpangi. Entah ide darimana, mas saipul begitu biasa kami panggil tiba2 menghentikan truk dan melakukan tawar menawar. Dan jadilah truk tebu sebagai sarana transportasi kami di hari ini. Terpontang panting di bak truk, dan baju menjadi sedikit kotor karena bersenggolan dengan dinding bak truk, menjadi semacam lelucon dan guyuan yang riang. Satu kata untuk momen ini.. NGUAWUR..
Mas Andi Pramono sudah menunggu kami ketika kami turun dari truk tebu. Seraya tertawa melihat kami belepotan tanah bekas tebu, beliau membantu kami menurunkan sepeda2 kami. Kruyukan karena belum sempat sarapan ternyata tak mengurungkan niat kami untuk tetap menggenjot sepeda kami di jalan aspal nan bertanjak. Tanjakan yang benar2 panjang dengan kemiringan hampir  35 derajat bukanlah merupakan medan yang mudah untuk dilewati. Dan ini adalah kegiatan bersepadaku untuk pertama kalinya setelah hampir satu bulan vakum karena penyakit yang menyerangku. 
Dalam rombongan kami Mbak Marlenlah yang paling senior. Marleny Damayanti nama lengkapnya. Perawakannya yang kecil dan sedikit kurus kerap membuat orang salah menilai tentang ketahanan daya tubuhnya. Sebagai anggota STAPALA ketika dia kuliah dulu, hampir semua Gunung di Republik ini tlah dia jelajahi. Sungguh tak ada duanya  beliau di kantor kami untuk urusan mendaki gunung dan mengembara ke tempat2 ekstrim. Dan dengan sepeda foldingnya beliau tak pernah mengenal lelah dalam bersepeda. Mas Andi adalah sosok senior kedua dalam rombongan kami, murah senyum dan banyak ide gila menjadi ciri khasnya. Sama dengan mbak marlen, beliau juga aktif dalam keanggotaan STAPALA ketika masih kuliah. Selanjutnya adalah mas saipul, sebagai orang asli Blitar, dia sangat kami andalkan dalam hal mencari objek2 baru untuk kami kunjungi. Mas Yudha adalah anggota rombongan kami selanjutnya, dia adalah penggagas BLIKERS 653 di kantor kami. Dan yang memelopori kegiatan bersepada di kantor kami. Isman dan Daviq, kedua orang ini adalah teman sekosanku. Keduanya pernah bersepeda dari Blitar-Sidoarjo hanya dengan waktu sekitar 10 jam, benar2 teman yang hebat. Putri adalah yang temuda dalam rombongan kami, dan mengatakan inilah pengalaman pertamanya bersepeda sejauh dengan medan seekstrim ini. Sedangkan aku, hmmmm, tak usahlah aku mengenalkan diriku sendiri, cukup kalian panggil aku Arai.
Hampir satu setengah jam kami bersepeda di jalan menanjak dengan jarang sekali jalan mendatar. Ku lihat putri dan mbak marlen, cewek di rombongan kami sudah mulai kewalahan. Jelas terlihat dari kayuhan dan tatapan matanya kedua cewek itu, terutama putri sudah mulai kewalahan. Sepeda folding yang dikendarai mbak marlen jelas bukan merupakan kendaraan yang tepat untuk jalan semenanjak ini. Sedangkan putri, kredit khusus karena inilah pengalaman pertamanya. Pemandangan alam yang masih asri dengan persawahan model punden berundak laksana di bali, menjadikan bonus tersendiri dalam perjalanan kali ini. Aliran sungai yang lumayan jernih dan deras serta kehidupan khas orang desa membuat perjalanan kali ini benar2 mampu memberikan pesona yang mengikat. Di km ke 7 kami sejenak berhenti, sedikit menghilangkan lelah dan mengabadikan keindahan alam pedesaan dan pegunungan. Dengan roti yang masih di mulutnya, tiba2 mas yudha menyeletuk dan mengatakan bahwa di desa seberang ada sebuah wihara yang sangat besar dan terkenal hingga ke mancanegara. Sontak, kami yang memang sangat tertarik terhadap sejarah, mengusulkan agar berkunjung saja ke tempat itu dan membatalkan kunjungan kami ke tempat rafting. Ya, sebuah wihara di desa Balerejo-Kec Wlingi akhirnya menjadi tujuan kami.
Perjalanan ke Wihara itu tak ada bedanya dengan perjalanan ke lokasi Rafting yang tak jadi kami singgahi. Tanjakan dengan tikungan berliku khas daerah pegunungan adalah jalur yang harus kami lalui. Namun pemandangan kini lebih bervariasi, mulai dari rumah penduduk pedesaan, hutan, sungai, sawah dengan punden berundak, hingga jurang dan tebing menjadi panorama alam yang membuat kami berdecak kagum.  Tak ketinggalan Gunung Kelud yang tertutup kabut putih menjadi sosok yang menyaksikan derap roda kami. Anak2 kecil yang melihat rombongan kami berteriak girang, bertepuk tangan dan menyambut kami layaknya para rombongan balap sepeda tour de Indonesia. Benar2 hiburan yang membuat kami tertawa riang. Entah sudah berapa tikungan kami lewati, yang jelas kaki sudah mulai penat. Kedua cewek dalam rombongan kami sudah mulai terlihat sangat kepayahan. Terkadang ketika tanjakan benar2 ekstrim yaitu sekitar 35 derajat, mereka menuntut sepedanya. Kami, hanya bisa menyemangati untuk tetap fight, sambil sekali di ujung tanjakan mengabadikan kelelahan mereka.
Untuk mengatasi kelelahan, kami bercanda, tertawa riang menertawakan satu sama lain, atau terkadang beradu cepat di jalan menanjak. Lima km lagi nak, jawab penduduk desa yang kami tanyakan mengenai seberapa jauh lagi perjalanan kami. Padahal lebih dari 2 jam kami telah mengayuh sepeda. Dan akhirnya diujung tanjakan sekali lagi benar2 di ujung tanjakan, di tempat tertinggi dusun ini, kami temui sebuah wihara besar dan megah. takjub, sedikit tak percaya akan keberadaaan sebuah wihara yang katanya merupakan yang terbesar di Indonesia ini berada di desa yang terpencil ini. Luas bangunan utama wihara ini hampir 3 kali 1,5 kali luas lapangan bola, belum lagi luas pelataran yang terdapat rumah2 bersemedi, aula, dan tempat2 untuk melakukan ritual keagamaan lainnya,. Total, aku menaksir luas keseluruhan lahan yang digunakan hampir 3 hektar. Wihara ini dikelilingi pagar dengan bentuk laksana tembok china, ornamen2 bangunannya mengingatkan aku akan film Return the condor heroes yang diperankan Andy Lau sebagai yoko. Nuansa eknik tionghoa bercampur tibet dan india benar2 kental terasa di Wihara yang dibangun sekitar tahun 1990an ini. Tempat tertingggi di desa ini dipilih karena secara ritual keagamaan mereka, beribadah di tempat yang tinggi membuat do'a mereka lebih cepat terkabul karena dekat dengan nirwana/kahyangan, tempat dewa2 mereka. Setiap tahunnya banyak biksu2 bersemedi di tempat ini. Baik itu dari wilayah Indonesia maupun dari luar Indonesia seperti Tibet, Thailand, Kamboja, dll.
Dari perataran parkir, kami bisa melihat keindahan alam Blitar yang khas. Rumah2 penduduk terlihat kecil dan samar di nun jauh di sana. Gunung Kelud di arah utara, tampak berdiri kokoh hampir sejajar dengan puncak bangunan utama wihara. Sayang, kami tak bisa masuk untuk melihat2 di bangunan utama wihara itu. Penjaga beralasan bahwa tempat itu adalah tempat ibadah yang tak bisa sembarangan dimasuki untuk kepentingan selain beribadah.
Sekitar pukul 10.30 kami memutuskan untuk pulang, kami mengambil jalan yang berbeda dengan biasanya yaitu mengambil jalan balero-wlingi via desa plumbangan kec doko, kab blitar. Jalurnya yang lebih panjang dengan turunan dan tikungan yang lumayan menantang, benar2 sebuah hadiah dari perjuangan berat mengatasi tanjakan di waktu berangkat. Dengan kecepatan nyaris 60 km/jam, kami melintasi jalan yang berliku turun ini. Tak sampai 30 menit kami tlah sampai di wlingi. Mencari warung makan untuk sekedar mengisi kekosongan perut kami lakukan setibanya di Wlingi. Kami sengaja tak memesan makanan berat seperti nasi, karena Mas Andi Pramono tlah menyiapkan hidangan spesial di rumahnya. Lepas dari warung, kami segera mengayuh sepeda kami menuju rumah Mas Andi yang berjarak 6 km dari tempat kami makan.
Benar, di rumah Mas Andi telah tersedia begitu banyak makanan lezat seperti pisang goreng, klepon, dan jajanan pasar yang benar2 menggoda selera. Makan siang dengan menu lele dan urap yang lezat ditambah memang sedari pagi perut kami tak menyuntuh nasi, membuat makan kami sangat lahap. Nyaris satu setengah jam, kami berada di rumah Mas Andi. Ketika jam menunjukkan pukul 13.00, kami bergegas pulang.
Makan pagi di waktu siang ternyata tidak benar2 mengembalikan tenaga kami seperti sedia kala, namun, kami tetap harus pulang. Seraya mengayuh menyusuri jalan setapak, kami berdiskusi tentang cara kami pulang, apakah menyegat truk seperti waktu kami berangkat atau terus mengayuh. Melihat kondisi kedua teman kami yang cewek, akhirnya kami memutuskan untuk mencegat truk di jalan utama biasa angkutan umum lewat. Sial, ditengah panas terik matahari yang bersinar tak ada truk kosong yang berhasil kami cegat. Akhirnya dengan sisa tenaga yang ada, dengan ditemani guyuran sinar matahari yang panas, kami terus mengayuh sepeda kami melintasi jalan wling-blitar. Jarak 30 km dari rumah Mas Andi ke kantor kami sebenarnya bukan tantangan yang terlalu berat bagi kami, tapi mengingat perjalanan yang tlah kami tempuh dan waktu saat ini yang telah menunjukkan pukul 13.00, jelas perjalanan pulang ini benar2 bukan merupakan perjalanan yang mudah. Beruntung, jalan yang kami lalui cenderung datar dan hanya sedikit tanjakan.
Sedikit tak tega sebenarnya melihat mbak marleny dengan sepeda foldingnya, dan putri yang baru pertama kali ikut rombongan kami. Bagaimana tidak, sepeda folding yang pendek jelas memberikan tambahan beban yang ekstra karena setiap kayuhan yang dilakukan hanya memberikan efek gelinding yang kecil dibanding sepeda gunung biasanya. Namun, bukan mbak marleny kalau menyerah, staminanya yang kuat benar2 membuat kami berdecak kagum, begitupun dengan putri. Bahkan di jalanan yang terik kami masih sanggup bercanda, balapan, dan tertawa kegirangan. Benar-benar sebuah kebersamaan yang tak kan terlupakan. Sampai di kantor sekitar pukul 14.30an, itu berarti Wling-Blitar yang berjarak 25an km kami tempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam. Sebuah catatan waktu yang tidak terlalu buruk.
Wajah bahagia dan penuh kemenangan terpancar di wajah kami setibanya di kantor Sebuah perjalanan yang melelahkan dengan keunikan tersendiri kami ceritakan satu sama lain. Banyak hal yang kami petik, selain kebersamaan, tentu saja sebuah pelajaran berharga tentang jangan pernah mudah menyerah dengan sebuah halangan atau tantangan. Karena pada dasarnya setiap kita pasti mampu mengatasi setiap tantangan, hanya terkadang kita malas untuk memulai usaha dalam rangka mengatasi tantangan itu.


*Hari ini, 15 februari 2011 bertepatan dengan ulang tahun Daviq. Selamat ulang tahun aku ucapkan teman, semoga sukses dunia akhirat.







Selasa, 18 Januari 2011

Hanya Sebuah Ramalan

Lelaki yang duduk di depanku aku taksir berumur 29 tahun, berambut lurus, kulitnya putih , dan postur nya tidak terlalu tinggi, dengan tahi lalat di ujung bibirnya. Dia menatapaku seraya membolak balikkan kartu remi yang aku tak tahu maksud tujuannya. Aku tersenyum menyeringai seraya terus memperhatikan permainannya. Itu bukan permainan poker atau chapsa yang biasa aku mainkan bersama teman2 kantorku. Juga bukan permainan 41 yang sering aku mainkan di waktu kecil. Dia terus mengocok kartu yang dia pegang sembari menaruh beberapa buah kartu dengan posisi terbuka. Dia terus menggumam lirih dengan bahasa2 yang tidak aku kenal. Badanku bergetar di setiap dia membuka kartu remi serta semakin mengigil tak karuan. Aku coba bertahan dan tak beranjak sedikitpun dari tempat itu akibat rasa penasaranku yang terus berkecamuk.
Hampir dua jam aku tak beringsut dari tempatku, dan lelaki muda itu terus mempermainkan kartunya.Sekarang semua kartu telah tertata rapi di depanku. Tertata empat2 sehingga terdapat 13 baris kartu yang terbuka. Gumaman lelaki itu semakin keras dan terdengar jelas dia menyebutkan namaku dan tanggal lahirku. Aku hanya bisa terdiam dan berusaha menajamkan indera pendengarku agar semakin banyak informasi yang bisa aku dengar dari gumamannya. Selang beberapa menit dia diam sejenak. Menutup matanya, kemudian membuka dan memandang tajam ke arahku. Aku kaget, tatapannya sungguh tajam. Aku beringsut mundur beberapa senti seakan tak kuasa menahan tatapan tajamnya. Bola matanya lambat laun berubah merah sedangkan putih matanya berubah menjadi warna jingga cerah. Aku tertegun berusaha teriak namun tak mampu.
Aku terus menunggu apa yang akan dia perbuat padaku, badanku semakin mengigil dan kepalaku pening,. Tak berapa lama dia mulai berbicara. Dengan suara yang agak tersedak namun dalam, dia mulai berbicara. Dengan tak beralih dari kartu dia terus mengoceh. Seakan2 sebuah rekaman atas perjalanan hidupku dia terus bercerita. Semua yang dituturkannya merupakan kejadian2 yang pernah menimpaku. Dia menyebut nama Almarhum Ayahku, nama ibuku, jumlah saudaraku, berapa kali aku pacaran hingga hal2 lain yang menurutku hanya Aku yang mengetahui kejadian tersebut. Aku semakin bingung, sedangkan dia tetap menatap kartu dengan terus mengoceh menceritakan detail kejadian yang seakan terpampang di kartu remi itu. Aku menutup kedua telingaku dengan kedua tanganku agar tak mendengar apa yang dia katakan,. Namun suara itu seakan tetap menembus dinding telingaku. Aku mencoba berdiri, namun tak bisa.
Antara rasa kagum, takut, panik, dan resah menyelimuti diriku setiap dia berbicara detail kehidupan yang pernah aku jalani. Pada suatu jeda, dia menatapku tajam, kemudian melanjutkan dongeng iblisnya. Aku semakin panik ketika dia mengatakan melihat masa depanku yang cerah namun banyak rintangan. Dia mengatakan dalam waktu dekat aku akan pindah dari kantorku yang sekarang. Dia juga menebak ttg isi hatiku yang menaruh hati pada Gadis manis berjilbab yang aku temui dalam perjalanan pulangku.  Menebak kapan aku menikah, mempunyai putera dan kapan aku menjadi kepala kantor. Dia terus bercerita mengenai masa depanku. Aku semakin panik, dan dengan sekuat tenaga aku berusah teriak. Teriak sekencang2nya. Aku benar2 takut, apalagi tatapan matanya semakin tajam dan menyeramkan. Dengan tetap bersila badannya mulai melayang. berputar mengelilingi aku dengan tetap bercerita ttg masa depanku. Aku teriak meskipun tak terdengar sedikitpun suaraku. Suaranya semakin nyaring dan membuat telingaku sakit tak terperi. Mataku berkunang2 dan ambruk tak sadarkan diri. Aku terbangun dengan bersimbah peluh. Aku tatap sekelilingku, sepi tak ada apapun, namun lantai bekas dia duduk terasa panas dan tak biasa.




----Rimbun Bambu, 15 Januari 2011----




Rabu, 12 Januari 2011

Catatan di Akhir Minggu Pertama Tahun Yang Baru *Bagian II*

Akhirnya aku sadar satu hal, ternyata kemampuan menulisku sudah jauh tergerus Terbukti dengan dibutuhkannya waktu hampir 2 hari untuk melanjutkan tulisan di Blog. Benar2 menyedihkan. Okeylah boi, aku lanjutkan saja ceritaku.
> Kamis : Musik, makanan melimpah, canda tawa, serta ditutup dengan haru membiru merupakan gambaran dari kamisku kali ini. Hari ini merupakan hari perpisahan atau aku lbh suka menyebutnya hari dimana kami harus merelakan pimpinanku melangkah lebih tinggi. Menyesakkan memang, mengingat di negeri ini cukup susah mencari pimpinan sebaik pimpinanku. Seorang pimpinan bijak yang bukan hanya tahu bagaimana memerintah namun pandai juga memberi contoh, santun serta tak banyak menuntut. Tipikal pemimpin yang mengajak dan bukannya mengejek. Berpikir sebelum berujar dan  menekankan tentang pentingnya team work dan kejujuran. Tumpukan berkas hanya sedikit yang ku sentuh. Suasana haru benar2 membuat malas untuk melakukan apapun.
>Jum'at :Semangatku kembali membara, banyak berkas yang aku selesaikan hari ini. Kepala Seksiku hari ini benar2 sibuk memotivasi aku untuk segera menyelesaikan tugas2ku agar tak perlu mengirim berkas2ku ke tempat kepala kantorku pindah untuk meminta tanda tangan beliau. Dan hari ini, jam kerjaku bukan lagi 7 jam sebagaimana biasanya melainkan hampir 12 jam. 
>Sabtu : Sejenak melupakan tuntutan pekerjaan dan beralih menyalurkan hobi bersepedaku. Hampir 65 Km jalur tanjakan, turunan, bebatuan, kubangan, dan areal2 ekstrim aku taklukan. Hasilnya, capek tapi puas. (semoga di lain waktu kecerianku bersepeda bisa aku ceritakan juga).
>Minggu: Kembali terdampar di rerimbunan berkas. Hingga pukul 23.00 WIB menjelang, ketika rasa kantuk sudah mulai menyerang, aku akhiri lemburku dan mulai mamaksakan menulis di blog ini..

Senin, 10 Januari 2011

Catatan di Akhir Minggu Pertama Tahun Yang Baru

Sedikit aneh rasanya, malam telah larut dan hendak menapaki minggu ke dua di Tahun Baru, aku masih setia duduk di meja kerjaku. Padahal biasanya, pada waktu seperti sekarang, aku sudah asyik tidur atau terkadang melamun dalam travel yang membawaku dari kota Surabaya (Kota yang selalu aku tuju di hampir setiap weekendku). Entah sudah berapa liter air aku konsumsi untuk mengimbangi kepenatan tulang belakangku akibat terlalu lamanya aku duduk. Tapi yang jelas, beban pekerjaanku hampir 70 % selesai. Sebuah pengorbanan weekend yang tidak sia2 tentunya.
Sebenarnya, semua ini harus aku tempuh karena kejadian2 yang serba mendadak yang terjadi dalam minggu ini.
> Hari Senin : Bangun pagi dengan mata yang masih sangat mengantuk, setengah mengutuk sopir travel yang tlah menjemput pukul 23.00 padahal seharusnya dijemput pukul 21.00 sehingga berdampak sistemik pada jam tidurku yang hanya 3 jam. Tiba di kantor baru sadar kalau pimpinan yang lama harus segera meninggalkan kantor karena di Mutasi ke tempat yang lebih baik karena prestasi beliau yang mengagumkan. Sedih,  bukan hanya karena harus berpisah dengan orang yang patut diteladani tapi karena tiba2 ingat bahwa sebagaimana keterlambatan penjemputan travel, kepindahan bos ku ini jelas akan berdampak sistemik juga dengan semua pekerjaanku. Itu berarti semua pekerjaanku harus secepatnya aku kerjakan karena semuanya harus ditanda tangani pimpinanku. Makan pagi diselingi menganalisis berapa besar kecepatan yang harus aku lakukan demi terselesainya tugas2ku mengawali hari-hari super sibukku di Minggu pertama di Tahun yang baru.
> Hari Selasa  : Semangat 45 benar2 aku kobarkan. Bangun lebih pagi dari biasanya dan tiba di kantor pukul 06.45 WIB, itu berarti lebih awal 45 menit dari jam kerjaku biasanya. Dengan semangat serta diiringi suara semarak si Rihanna dan saudara sedikit kembarku si eminem aku mulai pertempuranku. Tapi, berselang 10 menit. Byarr... Kompiku yang sedari tadi bergemuruh dengan tampilan itung2an di excel tiba2 berubah menjadi tontonan Blue Film dalam arti yang sebenarnya. Setengah mengutuk dan kemudian berdo'a semoga kompiku sehat wal afiat aku coba untuk kerestartnya secara paksa. Dan Alhamdulillah, komputerku positif terserang virus dan lebih beruntungnya sistem operasinya juga terserang. Tercengang, kaget, tak percaya, setengah mau menangis, pusing, tak tahu harus bagaimana, mules, pengen boker, pengen banting komputer, pengen teriak, semuanya menyatu. Namun tiba2, seakan2 ada bidadari yang menepuk punggungku, aku sedikit tersedak, suara lembut tersebut tiba2 berbisik, sabar boi, sabar. Karena terpana dengan suara merdunya emosiku pun luruh. Sedikit berpikir untuk melakukan plan B. Dengan mengandalkan kemampuan komunikasiku yang cukup hebat disertai dengan pujian2 setinggi langit pada teman kantorku, teman kantorku pun bersedia memperbaikinya.
Satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam, empat jam lebih 30 menit, 5 jam lebih 25 menit, tujuh jam, dan akhirnya teeeeettttttttttt, pukul lima sore, teman2 kantorku sudah bersiap pulang sedangkan aku tetap memandang lirih pada komputer kantorku. Masih 80% dari total 200% yang berhasil diperbaiki. Sungguh hari yang mengenaskan dan melelahkan. Jam 8 malam batas waktu komputer boleh menyala di kantorku tinggal beberapa detik lagi, namun komputerku masih jauh dari apa yang disebut sembuh. Melampiaskan kemarahan dengan bermain Futsal ternyata menjadi solusi yang cukup bijaksana.
> Hari Rabu  : Jam kerjaku akhirnya resmi dimulai pukul 14.00 seiring dengan kembali beroperasinnya komputerku. Harus banyak2 berterimakasih pada teman kantorku yang telah setia merawat dan menyembuhkan komputerku. Okey sekarang waktunya bekerja. Tapi.......... Huahahahahahha. penderitaanku tak berhenti samapai di sini, ternyata program smart map dan map info yang menjadi roh dari pekerjaanku ilang begitupun dengan program oraclenya,. Sekali lagi bidadari manis itu menepuk pundakku sambil sesekali memberi kecupan manis di kepalaku seraya berkata, sabar boi, sabar. Jadilah hari ini progres kerjaku bernilai satu. Hasil dari membuat paraf pada surat masuk..

------ Bersambung------


Sabtu, 01 Januari 2011

Hari Lama Di Tahun Yang Baru

Tak ada yang baru tentang hari. Yang baru hanyalah tahun. Maka Saya Pun hanya bisa mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2011. Semoga keberkahan senantiasa mengiringi langkah kita.